Friday 21 January 2011

Simple Letter to My Father

This is the letter I was sent to my father.

Ass. Wr. Wb.

Mungkin bapak tidak mengira bahwa ada seorang balita yang menulis surat ini untuk bapak. Tapi apa boleh dikata, saya menulisnya. Seorang balita yang 14 tahun lalu bapak tinggalkan tanpa meninggalkan sebuah salam perpisahan panjang kini sudah mulai beranjak remaja. Sudah mulai bisa berfikir secara dewasa, mungkin lebih dewasa daripada anak lain yang seusia dengan saya.

Bapak, apa tidak selama 14 tahun terakhir ini bapak mempunyai itikad baik terhadap saya? Kalau iya, apa yang selama ini menghalangi bapak untuk menyampaikan itikad baik bapak tersebut? Apa tidak ada keinginan bapak untuk bertemu saya dan arif? Pak, dunia ini memang penuh dengan segala sesuatu yang mungkin diawal tidak kita ketahui. Saya yakin cepat atau lambat kita pasti bertemu, baik di dunia ataupun di akhirat. Dan di akhirat kelak, bapak –sebagai seorang ayah—akan dimintai pertanggungan jawab terhadap kewajiban yang Allah berikan untuk bapak untuk mengasuh saya dan aref sebagai seorang anak selama didunia. Apa bapak tidak takut akan hal itu?

Bapak, satu tahun yang lalu, dengan terjalinnya komunikasi diantara kita berdua –yang awalnya bapak katakan bahwa hanya kita berdua yang mengetahuinya— saya kira ada perasaan bapak untuk datang menemui saya. Tapi apa mau dikata, pernyataan maafpun sama sekali tidak keluar dari jari bapak ataupun dari diri bapak. Bahkan nomer hape bapak ganti tanpa memberitahu saya. Pak, sampai kapan bapak akan lari dari kenyataan? Apa bapak menginginkan selamanya kita ga akan pernah ketemu? Sampai kapan bapak akan sedikit demi sedikit mencoba melupakan saya dan menganggap saya --yang dalam diri saya mengalir setengah dari darah bapak-- sebagai masa lalu saja? Apa sama sekali ga ada rasa kasih sayang dari bapak untuk saya?

Pak, walaupun saya seorang perempuan, saya adalah orang yang bisa dijaga perkataannya. Saya selalu berkata merah kalau sebenarnya itu adalah merah dan berkata biru kalau itu adalah biru. Tapi kenapa hal itu belum saya temukan pada diri bapak? Sampai kapan bapak akan terus membohongi saya dengan berkata bahwa bapak berada ditempat yang jauh. Pak, saya tahu sebenarnya bapak berada disini. Berada di tempat yang sebarnya dekat dengan saya. Mungkin saya hanya berpura-pura untuk tidak mengetahuinya. Asal bapak tahu, selama 14 tahun bapak meninggalkan saya, saya belajar dan menemukan bahwa didunia ini ga ada yang namanya mantan anak. Sampai kapanpun darah bapak akan terus mengalir dalam diri saya.
Pak, sudah letih rasanya saya mendengar semua cerita tentang diri bapak. Apa saya hanya bisa mengenali bapak lewat cerita-cerita orang? Apa bapak hanya bagian dalam dongeng dalam diri saya?

Pak, rasa iri terhadap teman saya yang bisa setiap hari berjumpa dengan bapaknya kini sudah lenyap. Terlarut akan makanan sehari-hari yang mau ga mau harus saya jalani. Tapi apa bapak mengetahui, dalam setiap salat seorang anak balita yang selalu berdoa “Ya Allah, Sari pengen ketemu sama bapak” tapi kini, setelah beberapa tahun berlalu saya merenungkan diri ini, dan dalam hati ini muncul sebuah pertanyaan kepada Yang Kuasa, “Ya Tuhan, bolehkan hamba mengeluh?” tapi semakin lama saya merenungkan diri, hal yang saya ucapkan ketika berdoa adalah, “Tuhan, aku tau Engkau memberikan hamba ujian ini adalah karena hamba bisa melewatinya. Dan hamba yakin sesudah kesulitan pasti ada kemudahan. Tolong Ya Allah, bukakanlah hati ayah saya. Berilah dia kemampuan untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Berikanlah dia perlindungan dan kasih sayang-Mu yang tiada terkira”

Pernahkah bapak merasakan beban seorang anak balita yang selama 14 tahun ditinggalkan oleh bapaknya? Tidak. Selamanya mungkin bapak tidak akan pernah bisa merasakannya. Tapi inilah kenyataan yang harus saya hadapi. Saya berusaha selalu terlihat ceria menutupi semua beban dihati ini. Termasuk kepada ibu saya sendiri. Sudah cukup dia tersakiti. Saya gamau meninggalkan semua keluhan dihatinya yang mungkin hanya akan menambah beban penderitaannya.

Bapak, coba bapak flashback ingatan bapak pada ketika bapak masih remaja, yang selalu dikelilingi oleh orang-orang yang menyayangi bapak.pernahkan bapak merasakan ada perasaan tidak enak muncul, mungkin perselihan, dengan eyang sebagai bapak anda. Tapi ketahuilah pak, setidakenaknya punya orang tua lengkap, lebih ga enak punya orang tua yang ga lengkap. Maka bapak harus bersyukur untuk itu.

Surat ini saya tulis dengan inisiatif saya sendiri. Bukan surat keluhan, tapi saya harap dengan bapak membaca surat ini kembali timbul ingatan bapak tentang saya. Dan dengan surat ini, saya harap Allah segera membuka mata hati bapak.

Anakmu,

Indah Permata Sari

1 comments:

christian agape said...

http://catatanmalam.com mampir ya, mungkin anda akan tertarik.

Post a Comment